Cinta dan Benci yang ternoda

ORANG YANG MENGAGUNGKAN DUNIA AKAN CINTA PADA PUJIAN DAN BENCI PADA CELAAN


Sobat gudang Arab, Tak bisa dipungkiri bahwa seiring berjalannya waktu, kesenangan dunia begitu dicintai oleh sebagian besar manusia. Mereka seakan-akan lupa bila kesenangan duniawi tersebut hanya berlangsung sementara. Bahkan, tak sedikit pula mereka terlena sehingga melupakan Allah Azza wa Jalla.

Meski begitu, ada pula orang-orang yang sadar dan secara perlahan meninggalkan kesenangan duniawi. Tujuannya adalah hanya untuk mencari ridha Allah Azza wa Jalla dan bekal untuk akhir hayatnya. Meninggalkan kecondongan atas kecintaan pada dunia inilah yang dinamakan zuhud.

Zuhud juga bisa diartikan dengan melepaskan hati dari cinta dunia, yaitu tidak kikir kepada para peminta dan tidak disibukkan berbagai aktivitas duniawi yang menyebabkan lupa akan Allah Azza wa Jalla. Zuhud terhadap dunia dapat ditafsirkan dengan tiga pengertian yang kesemuanya merupakan amalan hati dan bukan amalan tubuh. Karenanya, Abu Sulaiman mengatakan,

لَا تَشْهَدْ لِأَحَدٍ بِالزُّهْدِ، فَإِنَّ الزُّهْدَ فِي الْقَلْبِ

"Janganlah engkau mempersaksikan bahwa seorang itu telah berlaku zuhud (secara lahiriah), karena zuhud itu letaknya di hati."

Zuhud adalah hamba lebih meyakini rezeki yang ada di tangan Allah Azza wa Jalla dibanding dengan apa yang ada di tangannya. Hal ini tumbuh dari kuatnya keyakinan. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menanggung serta memastikan jatah rezeki tiap hamba-Nya yang sudah tertakar dan tidak mungkin tertukar, sebagaimana firman-Nya,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا (٦)

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya."(QS. Huud: 6) 

Dalam firman-Nya yang lain,

وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ (٢٢)

"Dan di langit terdapat sebab-sebab rezekimu dan terdapat pula apa yang dijanjikan kepadamu."(QS. Adz Dzariyaat: 22)

فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ (١٧)

"Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia."(QS. Al Ankabuut: 17)

Al Hasan juga pernah mengatakan,

إِنَّ مِنْ ضَعْفِ يَقِينِكَ أَنْ تَكُونَ بِمَا فِي يَدِكَ أَوْثَقَ مِنْكَ بِمَا فِي يَدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Salah satu bentuk lemahnya keyakinanmu terhadap Allah adalah anda lebih meyakini apa yang ada di tanganmu daripada apa yang ada di tangan-Nya.”

Zuhud adalah apabila hamba tertimpa musibah dalam kehidupan dunia seperti hilangnya harta, tahta, dan lainnya. Maka mereka lebih senang memperoleh pahala atas hilangnya hal tersebut dibanding tetap berada di sampingnya. Rasa senang tersebut muncul juga dari sempurnanya rasa yakin terhadap Allah  Azza wa Jalla.

Diriwayatkan dari ‘Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata dalam doa nya,

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا

“Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepada-Mu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.”

(HR. Tirmidzi, 3502; An Nasai dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, 402; Al Hakim, 1/528); Al Baghawi. 1374. At Tirmidzi mengatakan, “Hadits hasan gharib”)

Doa tersebut juga merupakan tanda zuhud serta minimnya kecintaan kepada dunia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ali radhiallahu ‘anhu,

مَنْ زَهِدَ الدُّنْيَا، هَانَتْ عَلَيْهِ الْمُصِيبَاتُ

“Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia, maka berbagai musibah akan terasa ringan olehnya.”

Zuhud adalah hamba memandang sama orang yang memuji serta mencelanya saat berada di atas kebenaran. Ini merupakan tanda bahwa dirinya zuhud terhadap dunia, menganggap sebagai suatu yang remeh dan rendahnya kecintaan terhadap dunia. Sesungguhnya, setiap orang yang mengagungkan dunia akan cinta pada pujian serta benci pada celaan.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berzuhud, meyakini bahwa rezeki sepenuhnya ada di tangan-Nya bukan di tangan kita untuk meraih ridha-Nya.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url